Ansor Cepu Gelar Sarasehan, Bahas Resolusi Jihad dan Dorong Santri Ciptakan Industri Pesantren
Gerakan Pemuda Ansor Pimpinan Anak Cabang (PAC) Cepu menggelar sarasehan di pendapa Kecamatan Cepu, Sabtu (25/10/2025). Acara yang dihadiri seluruh kader Ansor Cepu, Kedungtuban, dan Sambong, serta santri dari berbagai pondok pesantren, ini fokus membahas pentingnya mengenang sejarah Resolusi Jihad dan tantangan santri di masa depan. Ketua PC GP Ansor Kabupaten Blora, Yusuf Achsin Syaqo, menegaskan bahwa Resolusi Jihad merupakan tonggak perjuangan santri yang dikomandoi KH Hasyim Asy'ari dan ulama lainnya untuk mengusir penjajah.
Kritik dan Kesiapan Pesantren
Dalam sesi diskusi, legislator PPP, Achlif Nugroho Widi Utomo (Mas Uut), menyampaikan bahwa pondok pesantren harus siap menerima kritik dalam mengelola dan mendidik santri. Namun, ia menekankan bahwa pengkritik wajib memahami pola dan budaya internal masing-masing pesantren, serta tidak menggunakan cara kritik dari luar yang tidak memahami konteks, mencontohkan polemik yang pernah terjadi di tingkat nasional.
Mas Uut lantas mendorong santri untuk bersikap pro-aktif dan kreatif dalam mendalami ilmu-ilmu agama yang bersumber dari kitab salaf (kitab kuning) untuk menghadapi masa depan.
Fenomena 'Santri Sakti' di Parlemen
Mas Uut juga menyoroti fenomena "Santri Sakti" yang mampu bangkit dari kesulitan, mencontohkan politikus PKB H. Abdullah Aminuddin. Meskipun secara kalkulasi politik ia berada di urutan ketiga untuk PAW anggota DPRD Blora periode 2019-2024, Mas Amin berhasil menduduki kursi tersebut dan kemudian melenggang ke DPRD Provinsi Jawa Tengah dari Dapil 5 (Blora-Grobogan) pada Pemilu 2024.
Kesaktian para legislator santri ini, menurut Mas Uut, tidak lepas dari doa para kiai dan simpatisan partai dari kalangan ulama. Ia menyebut saat ini banyak pejabat negara dari unsur santri, seperti Presiden RI ke-4 Gus Dur, Wapres RI ke-9 H. Hamzah Haz, Wapres ke-10 dan 12 H. Yusuf Kalla, serta Wapres ke-13 KH Ma'ruf Amin.
Tantangan Generasi Z dan Industri Pesantren
H. Abdullah Aminuddin yang juga anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke luar negeri (Jepang dan Cina) yang menunjukkan layanan serba canggih dan menggunakan robot. Ia menilai sistem pendidikan di Indonesia yang paling praktis adalah menggunakan pola pesantren seperti ngaji sorogan dan hafalan.
Lebih lanjut, politikus yang akrab disapa Mas Amin ini, mengajak para santri yang sudah memiliki soft skill untuk meningkatkan hard skill di bidang IT. Ia juga mendorong pondok pesantren untuk berkolaborasi dalam bidang usaha, agar pesantren tidak hanya menjadi tempat mengaji, tetapi juga pusat industri.
"Kebutuhan seperti sabun bisa diproduksi oleh Pondok A dan Pondok B harus mau menggunakannya. Termasuk pesantren bisa memproduksi pembalut wanita yang sesuai standar kesehatan dan kaidah fikih, sehingga kebutuhan santriwati dapat disuplai sendiri oleh pondok," ujar Mas Amin. Sebagai wakil rakyat, ia menyatakan kesiapannya memfasilitasi pondok pesantren yang berminat.
Mas Amin menutup sarasehan dengan mendorong hadirin, khususnya generasi Z, sebagai penerus perjuangan menuju Indonesia Emas. Ia juga menekankan garis keturunan santri dalam keluarganya yang berkecimpung di legislatif Blora secara berkesinambungan, antara lain H. Syahid Effendi (Kakak ipar, Wakil Ketua DPRD Blora 1971-1999) dan H. Abdul Ghoni (Kakak kandung, Wakil Ketua DPRD Blora 1999-2004), hingga kedua keponakannya, Labib Hilmi (almarhum) dan Ahmad Fahiem Mulabbi/Gus Fahiem (Anggota DPRD Blora 2024-Sekarang) yang merupakan putra dari Pengasuh Pondok Pesantren Khozinatul Ulum Blora, KH Muharror Ali.
Moderator Sarasehan Sugeng Priyanto dalam penutup mengajak semua elemen pesantren terutama santri untuk berfikir kritis namun tetap menjunjung adap yg telah menjadikan Ciri khas pesantren. (.S.Pri)


