Pemkab Blora Kembalikan Ribuan Anak Tidak Sekolah ke Pangkuan Pendidikan
Berita Blora - Di tengah alunan waktu yang terus bergulir, Pemkab Blora melalui Dinas Pendidikan (Disdik) setempat torehkan kisah haru dalam perjuangan mendidik anak bangsa. 4.000 anak tidak sekolah (ATS) yang sempat terhenti langkahnya, kini kembali menapaki jalan ilmu di sekolah formal. Sementara itu, 1.000 jiwa lainnya memilih menuntut ilmu melalui jalur kesetaraan, melalui program Paket B dan Paket C. Selintas angin segar bagi Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, yang terus nyalakan lentera pendidikan di tengah tantangan zaman.
Sekretaris Disdik Kabupaten Blora, Nuril Huda, menyampaikan bahwa jumlah ATS di Blora pernah mencapai angka 6.480. Namun, berkat dedikasi tanpa henti, langkah anak-anak yang sempat terhenti kini dientaskan. "Sebanyak 4.000 anak telah kami kembalikan ke sekolah formal, sementara 1.000 lagi melalui jalur pendidikan non-formal," ungkap Nuril.
Terus Kejar Mimpi, Melangkah Menuju Zero ATS
Meski langkah besar telah dicapai, jalan belum sepenuhnya terhampar lurus. Masih ada sekitar 1.400 anak yang berada di luar jangkauan pendidikan, sebagian di luar kota, menunggu tangan pemerintah untuk membimbing mereka kembali. "Kami tak henti berupaya mengembalikan mereka, baik ke sekolah formal, pendidikan non-formal, atau melalui alternatif seperti sekolah jarak jauh," tutur Nuril.
Penyebab ATS di Kabupaten Blora sungguh beragam, seperti pelangi selepas rintik hujan. Ada yang terhalang oleh faktor ekonomi, ada yang jarak antara rumah dan sekolah terbentang terlalu jauh. "Ada juga faktor lingkungan, di mana sebagian orang tua masih kurang peduli terhadap pendidikan anak," lanjut Nuril, menambahkan bahwa pengaruh lingkungan dan kepedulian orang tua pun menjadi bagian dari cerita ini.
Bimbingan dari UNICEF Hadir Menjadi Cahaya Perubahan di Blora
Secercah cahaya lain hadir ketika UNICEF datang untuk memberi pendampingan, membantu Blora menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) bagi ATS. Kepala Bappeda Blora, A. Mahbub Djunaidi, dengan bangga menyatakan bahwa Blora dipandang positif dalam penurunan angka ATS. "Blora diminta untuk memaparkan inovasi penanganan ATS, seperti Sistem Informasi Layanan Anak Tidak Sekolah (SILAT), dalam rapat di Bappeda Provinsi Jawa Tengah. Presentasi tersebut sudah kami lakukan pada 29 Agustus 2024," kata Mahbub.
SILAT, Sebuah Inovasi untuk Generasi
Di bawah komando Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora, Sunaryo, program penanganan ATS kian menguat. "Kami telah menjadi rujukan bagi beberapa kabupaten tetangga seperti Grobogan, Pati, dan Magelang yang ingin mempelajari cara penanganan ATS di Blora," tutur Sunaryo. Angka ATS di Grobogan mencapai 7.500, sedangkan Pati lebih mencengangkan dengan 22.000 ATS.
Dengan adanya SILAT, data anak tidak sekolah dapat dilacak lebih mudah, baik nama maupun alamat. "Kami terus berkomitmen untuk mencapai target zero ATS," jelas Sunaryo.
Kolaborasi untuk Masa Depan Cerah
Penanganan ATS tidak bisa dilakukan sendiri. Sunaryo menekankan pentingnya melibatkan pemangku kepentingan lainnya, terutama Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD). Desa, sebagai garda terdepan yang langsung menyentuh masyarakatnya, diharapkan dapat menjadi jembatan penghubung antara anak-anak dan pendidikan.
Walau banyak tantangan seperti pernikahan dini yang membuat anak enggan kembali ke bangku sekolah, Sunaryo tetap optimis. "Kami akan terus melanjutkan gerakan 'Ayo Kembali ke Sekolah', karena setiap anak berhak atas masa depan yang cerah," tutupnya.