Kala Blora Disanjung Sebagai Role Model, Sambong Menunggu, Jati Menyimak dari Kejauhan

 

Bupati Arief Rohman mengenalkan Wakil Bupati Sri Setyorini Budhe Rini kepada menteri Bappenas

Jakarta menjadi saksi—saat ruang megah Kementerian PPN/Bappenas, Rabu (19/6/2025), menerima tamu dari ujung timur Jawa Tengah. Bupati Blora Arief Rohman, bersama Wakil Bupati, Sekda, dan jajaran OPD hadir membawa harapan. Harapan bahwa Blora bisa lebih dari sekadar nama tua dalam peta, tetapi tampil sebagai kabupaten percontohan pembangunan di Jawa Tengah.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy pun menggelar karpet penghormatan dengan menyebut Blora layak jadi role model. Kalimat itu menggema hingga ke lereng-lereng hutan jati di Kecamatan Jati dan tanah merah Sambong. Sebuah pengakuan nasional yang—jujur saja—membuat dada kami sesak... antara bangga dan bertanya.

Sebagai Blogger Kawasan Cepu Raya—yang mencakup Kecamatan Sambong, Cepu, Kedungtuban, Kradenan, Randublatung, dan Jati—kami menyambut apresiasi ini. Kolaborasi pembangunan lintas daerah bersama Bojonegoro dan Ngawi, termasuk pembangunan Jembatan Terusan Bojonegoro–Blora (TBB) dan koneksi jalan Randublatung–Banjarejo, adalah langkah maju. Terlebih, gagasan kawasan Cepu Raya semakin hidup, tak lagi sekadar skenario akademik belaka.

Blora Boleh Dapat Label, Tapi Sambong Masih Meraba Kabel

Namun Mas Menteri, izinkan kami rakyat pinggiran bertanya :

Jika Blora sudah pantas jadi role model, mengapa jalan di Sambong masih lebih cocok untuk motocross daripada mobil keluarga?
Jika Randublatung sudah terkoneksi, mengapa jalur dalam Kradenan tetap menjadi lorong waktu yang menenggelamkan truk-truk tebu dan harapan petani?
Jika Cepu Raya dijual sebagai kawasan strategis migas, mengapa formula DBH Migas masih terombang-ambing di antara kajian dan lobby?

Bahkan di Jati, yang memiliki potensi hutan dan ternak luar biasa, akses ke pusat pemerintahan kabupaten masih seperti menguji iman—dan suspensi kendaraan.

Kami bukan anti-pembangunan, Mas Menteri. Kami hanya meminta keseimbangan narasi dan realita. Ketika branding naik level, maka pelayanan dasar pun harus ikut naik tangga. Ketika Blora bersolek di forum nasional, mohon jangan lupa meminyaki sendi-sendi kehidupan rakyat yang ada di dusun terjauh.

Kami Siap Mendukung, Asal Jangan Jadi Penonton

Kami paham, tak semua bisa berubah dalam satu malam. Tapi jika Blora benar-benar ingin menjadi model, maka warga Sambong hingga Jati harus merasakan dampaknya secara langsung—bukan sekadar dibacakan di acara seremoni.

Kami, Blogger Kawasan Cepu Raya, siap mendukung agenda pembangunan, siap menjadi penyambung informasi, dan jika perlu, menjadi pengganggu kecil agar narasi besar tak melupakan suara kecil.

Karena di balik predikat "role model", tersimpan tanggung jawab untuk meratakan harapan.
Dan kami akan terus menulis, hingga Sambong tak lagi gelap, Randublatung tak lagi geram, dan Jati bisa berkata: "Kami ikut dibangun."