📰 Rumah Juang Soroti Etalase Koperasi Merah Putih, Petani Butuh Solusi, Bukan Skincare
Belum lama ini, saya sempat mengikuti dinamika peluncuran Koperasi Merah Putih (KMP) di Desa Trembulrejo, Ngawen, Blora. Momentum yang seharusnya menjadi angin segar bagi petani justru menimbulkan pertanyaan besar. Pasalnya, etalase KMP yang diluncurkan pada Jumat (11/7/2025) justru dipenuhi produk kecantikan seperti skincare dan handbody lotion, bukan kebutuhan dasar petani.
Kondisi ini bukan hanya menarik perhatian saya, tapi juga memicu kegelisahan di kalangan kepala desa. Saya sendiri telah berdialog dengan beberapa tokoh masyarakat, bersamaan dengan itu pihak Rumah Juang Asri juga berdialog dengan kepala desa di wilayah Kedungtuban dan menemukan keresahan serupa terkait arah KMP ini. Ini menjadi indikasi bahwa ada sesuatu yang "tidak nyambung" antara visi besar KMP dengan realitas kebutuhan masyarakat agraris kita.
Etalase Kosmetik, Pertanyaan Besar di Tengah Kebutuhan Petani
Ketua Yayasan Rumah Juang Asri, Exi Agus Wijaya, yang di Sekretariat Rumah Juang, Perumnas Blora pada Minggu (13/7/2025) angkat bicara dan menyuarakan apa yang juga saya rasakan.
"Masyarakat kita mayoritas agraris. Tapi kenapa etalase KMP malah dipenuhi produk kecantikan seperti skincare dan handbody lotion? Ini jelas tidak nyambung dengan kebutuhan petani," tegas Exi, seperti yang saya catat dari pernyataannya.
Sebagai pengamat yang sudah lama mencermati dinamika pembangunan daerah, saya melihat peluncuran KMP seharusnya menjadi momentum fundamental untuk memperkuat sektor pertanian. Bukan sekadar seremoni yang menampilkan produk yang, harus saya katakan, kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari petani. Ini juga menjadi ironi, mengingat pemikiran besar Presiden Prabowo tentang koperasi desa adalah untuk mendorong kemandirian petani, bukan justru memperluas pasar kosmetik
PersDigi.Com Mengurai Solusi, Koperasi yang Benar-benar Berpihak pada Petani
Melihat kondisi ini, Rumah Juang Asri (dan saya pribadi sepakat) menawarkan alternatif solusi yang jauh lebih berpihak pada kebutuhan riil petani:
- Produk Pertanian Foodgrade sebagai Prioritas,
Etalase KMP seharusnya diisi produk pertanian foodgrade yang memang jadi konsumsi atau hasil olahan petani setempat, seperti beras, tepung jagung, gaplek, tepung kanji, dan kedelai. Ini akan langsung menyentuh rantai pasok lokal dan membantu petani menjual hasil panennya. - Pemisahan Jelas Produk Non-Foodgrade,
Produk non-foodgrade seperti pupuk dan pestisida harus dipisahkan secara tegas dan dikelola dengan standar keamanan yang tinggi. Ini penting demi kesehatan petani dan lingkungan. - Unit Usaha Apotek Desa yang Relevan dengan Kebutuhan Mendesak Petani,
Saya sangat mendukung usulan KMP untuk membuka unit usaha apotek desa yang menjual obat-obatan ringan seperti obat flu, salep jamur, vitamin, dan perlengkapan P3K. "Petani kita rentan terhadap kecelakaan kerja. Koperasi harus hadir sebagai solusi, bukan sekadar etalase cantik yang tidak menyentuh kebutuhan dasar warga desa," tambah Exi. Ini adalah langkah konkret yang menunjukkan koperasi benar-benar peduli pada kesejahteraan anggotanya.
Masa Depan Koperasi Desa, Antara Visi dan Realita Lapangan
Kritik dari Rumah Juang Asri ini, yang juga menjadi pandangan saya, bukanlah untuk menjatuhkan, melainkan sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat sipil. Tujuannya jelas, menjaga relevansi dan keberlanjutan program pemerintah agar benar-benar menyentuh akar masalah di desa.
Saya berharap agar Pemkab Blora dan pengurus KMP di seluruh desa dapat mengevaluasi ulang arah pengembangan koperasi. Fokus harus kembali pada penguatan ekonomi dan kemandirian petani, bukan pada produk-produk yang tidak relevan dengan identitas agraris Blora. Ini adalah PR bersama untuk memastikan visi besar koperasi desa benar-benar terwujud di lapangan.
Oleh: Heri Ireng, Blogger Blora, Pengamat Kebijakan Publik Blora dan Bojonegoro