Esai Reflektif, Ketika Ekonomi Syariah Menemukan Rumahnya di Blora
Blora sedang bergerak — bukan sekadar tumbuh dalam angka, tapi mulai menyadari arah baru dalam cara berpikir tentang ekonomi.
Ketika Bupati Dr. H. Arief Rohman meresmikan Kantor Cabang Pembantu Syariah (KCPS) Bank Jateng Blora, Rabu (12/11/2025), momen itu terasa seperti pijakan pertama dari perjalanan panjang menuju keuangan yang tidak hanya untung secara material, tetapi juga berkah secara moral.
Di tengah gejolak ekonomi modern yang serba kompetitif, hadirnya sistem keuangan syariah di Blora terasa seperti napas yang menenangkan.
Ia bukan konsep impor dari kota besar, tapi justru menemukan konteksnya di tanah yang masyarakatnya masih memegang kuat nilai gotong royong, kejujuran, dan tepo seliro.
Ekonomi yang Pulang ke Akar Budaya
Blora, dengan segala keperihannya sebagai wilayah agraris yang lama hidup di pinggiran arus industri, sebenarnya sudah lama mengenal semangat ekonomi syariah tanpa menyebut namanya.
Di kampung-kampung, orang masih saling meminjam tanpa bunga, berbagi hasil panen, dan menolong tanpa pamrih.
Itu semua prinsip dasar yang kini diterjemahkan dalam bentuk formal oleh sistem perbankan syariah.
Maka ketika KCPS Bank Jateng berdiri di Jalan Gatot Subroto No. 93, sejatinya ia tidak sedang memperkenalkan sesuatu yang asing — melainkan mengembalikan nilai lama dalam format baru.
Dari Transaksi Menuju Transformasi
Di tangan masyarakat yang melek nilai, ekonomi syariah bukan sekadar soal tabungan tanpa bunga.
Ia adalah cara pandang hidup — bahwa uang bukan alat menindas, tapi sarana menumbuhkan keadilan.
Bupati Arief menyebut, KCPS ini akan menjadi “wadah literasi dan edukasi keuangan syariah”. Kalimat itu sederhana, tapi bermakna dalam ekonomi syariah baru bisa tumbuh kalau masyarakatnya paham, bukan hanya percaya.
Edukasi di sini bukan sekadar soal mengenal produk pembiayaan, tapi pemahaman filosofis bahwa keberkahan ekonomi datang ketika transaksi dilakukan secara jujur, transparan, dan saling ridha.
Dalam konteks Blora, nilai-nilai itu sesungguhnya sudah hidup di sawah, di warung kopi, dan di meja kayu tempat orang kampung berbagi cerita dan kepercayaan.
Ruang Kepercayaan Baru
Selama ini, banyak pelaku usaha kecil di Blora merasa asing dengan dunia perbankan.
Ada semacam jarak psikologis, kadang bank dianggap “urusan orang kota.”
Kini dengan hadirnya KCPS Bank Jateng Syariah, jarak itu mulai terurai.
Layanan yang ramah, membumi, dan tidak menggurui menjadi kunci terciptanya ruang kepercayaan baru.
Jika literasi keuangan syariah berjalan konsisten — lewat pelatihan, pendampingan, dan sosialisasi — maka bukan mustahil Blora akan melahirkan generasi pelaku usaha yang cerdas finansial dan teguh spiritual.
Menemukan Harmoni di Tengah Tantangan
Tentu, jalan menuju ekonomi syariah yang benar-benar hidup masih panjang.
Masih banyak yang perlu diterjemahkan dari konsep akad yang rumit sampai pola pikir masyarakat yang terbiasa dengan sistem konvensional.
Namun, kehadiran KCPS Bank Jateng Blora menjadi titik balik penting — sebuah kesadaran bahwa ekonomi tidak harus meninggalkan nilai.
Di Blora, ekonomi syariah tidak hadir untuk menandingi, melainkan menyempurnakan.
Ia bukan antitesis kapitalisme, tapi koreksi moral terhadap sistem yang sering kehilangan nurani.
Refleksi Akhir
Pada akhirnya, keberhasilan sistem syariah di Blora bukan ditentukan oleh seberapa besar dana yang disalurkan, tapi seberapa kuat nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan empati mampu dipertahankan di setiap transaksi.
Blora tidak sedang memodernisasi ekonomi — Blora sedang memulangkan ekonomi ke nilai-nilai asalnya.
Dan mungkin di situlah letak kekuatan sesungguhnya, bahwa di tengah dunia yang makin materialistik, masih ada kabupaten kecil di Jawa Tengah yang mencoba menata ulang hubungan antara uang dan iman, antara untung dan berkah.

