Jembatan Hening Kemanusiaan, PMI Blora Merajut Kepercayaan di Meja Pers
BLORA, – Aula pertemuan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Blora pagi itu tidak dijejali hiruk pikuk bencana, melainkan oleh kehangatan sinar lampu yang jatuh di atas puluhan wajah yang selalu berada di garis depan berita, mereka adalah para jurnalis. Hari itu, Selasa (16/12/2025), PMI Blora menggelar Media Gathering, sebuah ritual komunikasi yang mencoba menjembatani diksi dingin berita dengan denyut nadi layanan kemanusiaan.
Ini bukan sekadar sesi jumpa pers biasa. Di arena diskusi, perwakilan dari media cetak yang beraroma kertas, platform daring yang bergerak secepat kilat, dan suara-suara dari radio elektronik duduk bersama, menandai pengukuhan kemitraan yang lebih dalam—sebuah ikatan formal dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Blora.
Panggilan Sunyi di Balik Pemberitaan
Mega Nanda, sosok dari Bidang Humas dan Komunikasi PMI Blora, membuka diskusi dengan nada yang merangkul. Ia menegaskan bahwa bagi PMI, media bukan sekadar corong, melainkan pilar yang menopang strategi komunikasi.
"Kami secara khusus menggandeng PWI dan rekan-rekan media yang konsisten menyajikan informasi yang berimbang dan edukatif," ucap Mega, suaranya tenang namun mengandung urgensi. Tujuannya tak sebatas sebuah pelaporan formal. "Kami ingin kerja-kerja kemanusiaan PMI tidak hanya diketahui, tetapi juga dipahami dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," tambahnya, seolah menarik garis antara fakta kering dan kehangatan hati para relawan PMI Blora.
Suasana semakin khidmat ketika Ketua PMI Kabupaten Blora, Sutikno Slamet, mengambil alih mikrofon. Matanya memandang satu per satu jurnalis, mengakui peran besar yang mereka emban.
"Media memiliki peran yang tidak tergantikan sebagai mitra strategis," tegas Sutikno. Ia melukiskan spektrum kerja PMI—dari hiruk pikuk penanggulangan bencana, ketenangan pelayanan donor darah, hingga upaya edukasi kesiapsiagaan masyarakat. "Sinergi ini sangat krusial untuk mengamplifikasi setiap aksi PMI," katanya, menggunakan istilah 'amplifikasi' yang terasa bertenaga. Dengan dukungan media, setiap tetes darah dan setiap bantuan logistik seolah mampu menjangkau lapisan masyarakat yang paling terpencil.
Pengawalan di Tengah Masa Bakti
Di penghujung masa jabatannya yang akan tuntas pada tahun 2026, Sutikno Slamet menyelipkan sebuah harapan yang jujur dan tulus. Ia meminta pengawalan moral dari para pewarta.
"Kami mengharapkan dukungan dan pengawalan dari rekan-rekan media agar perjalanan kepengurusan ini berjalan hingga selesai," pintanya, sebuah permohonan agar PMI tetap terjaga integritasnya. "Tanpa ada hal-hal yang dapat mencederai PMI, baik secara pribadi maupun kelembagaan," imbuhnya, mengakui kerentanan sebuah organisasi publik di tengah derasnya arus informasi.
Pertemuan itu mengalir dialogis. Bukan lagi monolog formal, melainkan pertukaran pandangan tentang capaian, tantangan, dan agenda prioritas di masa depan. PMI Blora menyadari, untuk menciptakan jembatan kepercayaan, suasana harus selalu segar.
Sutikno mengungkapkan bahwa pertemuan serupa sudah terselenggara untuk ketiga kalinya. Ke depan, ia berjanji akan adanya variasi format. "Insyaallah ke depan pelaksanaannya akan kami variasikan agar lebih segar, namun tetap bertujuan memperkuat sinergi dan komunikasi yang positif dengan seluruh mitra media," pungkasnya.
Melalui sinergi yang dihangatkan kembali ini, PMI Kabupaten Blora berharap ekosistem komunikasi kemanusiaan di Blora menjadi lebih responsif dan akurat. Kolaborasi dengan PWI dan jurnalis aktif adalah katalisator yang diyakini dapat mempercepat distribusi informasi dan mengoptimalkan pelayanan bagi seluruh masyarakat Blora. Sebuah janji untuk selalu menjalin komunikasi yang positif, demi kepentingan yang lebih besar, yaitu, Kemanusiaan.

-dan-Humas-Mega-Nanda-(kanan)-berdialog-dengan-perwakilan-Persatuan-Wartawan-Indonesia-(PWI)-Blora-dalam-acara-Media-Gathering-16-Desember-2025.jpg)
