Grebeg Gunungan, Riuh Syukur Warga Blora Menyambut Hari Jadi ke-276
Tradisi yang Kembali Menggema di Tanah Mustika
Ribuan warga Blora tumpah ruah memenuhi sepanjang Jalan Pemuda sejak pagi buta, Kamis (11/12/2025). Dari ujung Perempatan MD Mall hingga pertigaan Gang Panggang, lautan manusia bergerak seperti gelombang, menanti prosesi Grebeg Gunungan—ritus tua yang hari ini terasa hidup kembali, seolah menolak dilupakan zaman.
Gerimis sempat menyapu kawasan kota, tapi siapa yang peduli? Tradisi tidak menunggu cuaca. Warga segala usia tetap berdiri teguh di tepi jalan, memandang ratusan gunungan yang berjajar anggun, sebagian memuat hasil bumi dari tanah Blora yang subur, sebagian lagi berisi ragam jajanan pasar yang akrab dengan ingatan masa kecil.
Gunungan-gunungan itu tak sekadar tumpukan hasil panen atau penganan. Di mata masyarakat Blora, ia adalah simbol kesejahteraan, buah doa leluhur, dan representasi rasa syukur yang diwariskan lintas generasi. Maka tak heran, ketika prosesi dimulai, para petugas harus pontang-panting menahan arus warga yang tak sabar “merayahi”—tradisi merebut berkah dari gunungan.
Jejak Syukur 276 Tahun Kabupaten Blora
Bupati Blora, Dr. H. Arief Rohman, hadir bersama jajaran Forkopimda, Sekda, dan para pejabat Pemkab Blora, langsung setelah upacara Hari Jadi ke-276 digelar di halaman Setda.
“Alhamdulillah, hari ini Kabupaten Blora akan genap berusia 276 tahun. Grebeg gunungan ini adalah bentuk rasa syukur kepada Allah–Tuhan Yang Mahakuasa atas anugerah yang melimpah di Bumi Mustika,” ujarnya dalam sambutan bernada teduh namun penuh makna.
Ia menegaskan bahwa ritual ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi wujud kebersamaan masyarakat sekaligus upaya menjaga tradisi yang nyaris punah. “Semoga simbol kemakmuran dalam gunungan benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Blora,” tambahnya.
Tahun ini, jumlah gunungan yang disajikan mencapai 108—lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. “Luar biasa, grebeg gunungan tahun ini lebih meriah, sesuai makna gumrebeg, riuh-ramai. Dan semuanya ludes,” ungkapnya sambil tersenyum.
Grebeg Gunungan di Empat Eks-Kawedanan
Mas Arief menambahkan, tahun ini prosesi grebeg digelar di empat titik eks-kawedanan. Blora dan Ngawen menjadi pembuka, berlangsung hari ini. Sementara grebeg untuk eks-Kawedanan Cepu akan digelar Minggu, 14 Desember 2025 di sepanjang Jalan Pemuda Cepu. Terakhir, giliran Randublatung pada Kamis, 18 Desember 2025.
“Semoga semua dapat terlaksana dengan baik, aman, dan lancar,” pungkasnya.
Grebeg gunungan diyakini membawa berkah bagi dua pihak, mereka yang berhasil membawa pulang potongan gunungan, maupun para penyaji yang telah merelakan hasil bumi dan jajanan sebagai sedekah budaya.
Cerita dari Kerumunan
Salah satu warga yang hadir, Shaila (25), mengaku sudah tiba sejak pukul 07.00 WIB. “Acaranya bagus, warga juga senang. Semoga membawa keberkahan bagi masyarakat dan Kabupaten Blora,” ucapnya sambil menunjukkan beberapa jajanan dan sayuran yang berhasil ia bawa pulang.
Menurut Shaila, yang membuatnya terharu adalah banyaknya pelajar yang turut meramaikan tradisi ini. “Tadi pelajar juga ikut, jadi tambah meriah,” katanya.
Di sela hiruk-pikuk perebutan gunungan, suara gamelan dan kibaran Barongan khas Blora makin menyempurnakan suasana, membuat Jalan Pemuda seolah berubah menjadi panggung besar budaya Jawa yang hidup, bernapas, dan diwariskan.

