Ahmad Labib Hilmy, Menakar Ulang Strategi Peningkatan PAD Kabupaten Blora

Ahmad Labib Hilmy (Gus Labib), anggota Komisi B DPRD Kabupaten Blora, fokus meningkatkan PAD dengan strategi berbasis transparansi dan optimalisasi aset kecil seperti GOR dan lahan parkir

Berita Blora Jawa Tengah – Ahmad Labib Hilmy, yang lebih akrab disapa Gus Labib, anggota Komisi B DPRD Kabupaten Blora, terus mencuri perhatian publik lewat gagasan-gagasannya yang progresif dan berorientasi pada keberlanjutan. Dalam sebuah diskusi yang berlangsung di pondok pesantrennya, Kamis (05/12/2024), ia memaparkan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Blora. Di tengah kondisi kesehatannya yang kurang prima, ia tetap tampil dengan visi yang tajam dan penuh dedikasi.

Sebagai politisi muda yang juga seorang santri, Gus Labib memiliki pandangan yang unik: ia tidak hanya mengusung agenda politik, tetapi juga menyelaraskannya dengan nilai-nilai moral dan keadilan sosial. Baginya, peningkatan PAD bukan sekadar angka, tetapi soal keadilan dan tanggung jawab bersama untuk membangun Blora yang lebih mandiri secara ekonomi.

Inventarisasi Aset, Langkah Kecil dengan Dampak Besar

Di hadapan para hadirin, Gus Labib mengawali pembicaraannya dengan menekankan pentingnya inventarisasi aset daerah. Ia menyebutkan bahwa sering kali, aset-aset kecil yang tampak sepele, seperti Gedung Olahraga (GOR), lahan parkir, dan pasar, justru menyimpan potensi ekonomi yang besar jika dikelola secara optimal.

"Kita tidak perlu bermuluk-muluk bicara soal tambang atau Galian C. Itu tetap akan kita tata sambil berjalan. Mari mulai dari yang kecil-kecil seperti GOR, lahan parkir, dan pasar," ujar Gus Labib dengan nada penuh keyakinan.

Pendekatan ini menunjukkan bagaimana ia memandang pengelolaan aset dengan prinsip keberlanjutan. Langkah kecil ini, jika dilakukan dengan konsistensi, diyakini mampu memberikan dampak besar dalam jangka panjang.

Menembus "Ruang Gelap" Potensi PAD

Gus Labib mengajak semua pihak untuk membuka apa yang ia sebut sebagai "ruang gelap" dalam pengelolaan PAD. Ia mempertanyakan ketidaksesuaian antara potensi riil aset daerah dengan angka yang akhirnya ditetapkan sebagai PAD.

"Kita harus tahu berapa aset yang benar-benar berpotensi menyumbang PAD, berapa nilai riilnya sebelum dan sesudah ditetapkan. Jangan-jangan, angka riil itu dua hingga tiga kali lipat dari yang akhirnya dipublikasikan," katanya dengan skeptisisme yang konstruktif.

Pernyataan ini menegaskan betapa pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap langkah pengelolaan aset. Bagi Gus Labib, keterbukaan data bukan hanya menjadi tuntutan publik, tetapi juga kebutuhan fundamental untuk mendorong kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Keterbukaan sebagai Fondasi Dialog Publik

Sebagai wakil rakyat, Gus Labib menempatkan diri sebagai figur yang terbuka terhadap kritik dan masukan. Baginya, kritik yang berbasis fakta dan data adalah energi positif yang akan mendorong perbaikan kebijakan.

"Saya sangat terbuka terhadap kritik progresif, asal berbasis data yang faktual. Kritik adalah bagian dari kontrol masyarakat yang sangat saya hargai," ungkapnya.

Dengan pendekatan ini, Gus Labib tidak hanya menguatkan posisinya sebagai wakil rakyat yang aspiratif, tetapi juga sebagai fasilitator dialog antara pemerintah dan masyarakat.

Mengawal Kepemimpinan ASRI, Harapan Blora Berkelanjutan

Sebagai anggota DPRD yang juga pendukung pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Blora terpilih, Arief Rohman dan Sri Setyorini (ASRI), Gus Labib berkomitmen untuk mengawal visi dan misi kepemimpinan mereka. Ia optimistis bahwa melalui kolaborasi yang solid antara legislatif dan eksekutif, Blora dapat mengurangi ketergantungan pada Dana Sharing dari pusat.

"Kami mendukung penuh pasangan ASRI untuk mewujudkan visi mereka. Langkah ini adalah bagian dari upaya membangun Blora yang mandiri dan berdaulat secara ekonomi," tambahnya.

PAD Sebagai Pilar Kemandirian Daerah

Peningkatan PAD bukan sekadar soal angka, melainkan pilar kemandirian daerah. Dalam konteks Blora, optimalisasi PAD berarti membangun ketahanan ekonomi yang lebih kokoh. Dengan memanfaatkan potensi lokal secara maksimal, Blora dapat mengurangi ketergantungan pada bantuan pusat dan menjadi model daerah yang mandiri.