-->

Kenapa Nilai “Sekali Brimob, Tetap Brimob” Penting untuk Layanan Publik?

Eks Brimob mengikuti tasyakuran dengan pengucapan jati diri Brimob

BLORA – Tasyakuran Hari Jadi ke-80 Brimob di Polres Blora tidak hanya jadi ajang silaturahmi. Di balik suasana hangat yang ramai dan penuh nostalgia, ada nilai edukatif besar yang bisa dipetik masyarakat, bagaimana karakter khas Brimob tetap hidup dalam diri para eks anggotanya dan memberi dampak positif bagi pelayanan publik di Blora.

Di tengah tepuk bahu dan tawa reuni itu, para eks Brimob menunjukkan satu hal yang jarang dibahas: mereka membawa kultur kerja yang kuat, meski sudah tidak berdinas di Brimob lagi.

1. Disiplin, Bukan Urusan Seragam, tapi Mentalitas

Ketika pengucapan jati diri Brimob dilakukan, suara para eks Brimob masih lantang dan kompak. Ini mengajarkan bahwa disiplin tidak melekat pada pakaian dinas, tetapi cara berpikir.

Di unit apa pun mereka bekerja sekarang, disiplin itu ikut terbawa, seperti,
– datang tepat waktu,
– siap jika ada panggilan tugas mendadak,
– dan bekerja tuntas tanpa banyak keluhan.

Masyarakat Blora merasakan buahnya dalam pelayanan yang lebih sigap.

2. Soliditas, Pondasi Keamanan di Daerah Luas Seperti Blora

Blora punya karakter daerah yang menantang, luas, banyak kawasan hutan, desa terpencil, dan mobilitas masyarakat yang tinggi. Di wilayah dengan tantangan seperti ini, soliditas aparat menjadi faktor penting.

Nilai “sekali Brimob, tetap Brimob” yang ditekankan Kapolres Blora AKBP Wawan Andi Susanto, S.H., S.I.K., M.H. bukan sekadar penguat moral. Itu adalah kode etik hidup yang membuat aparat saling mendukung, tidak jalan sendiri-sendiri.

Dan soliditas ini berdampak langsung pada rasa aman warga Blora.

3. Keteladanan, Eks Brimob Jadi Role Model di Tempat Tugas Baru

Kapolres Blora bilang dengan jelas,

“Mengajak para eks Brimob untuk terus menjadi teladan di lingkungan kerjanya dan di masyarakat.”

Ini bukan basa-basi. Eks Brimob yang tersebar di berbagai fungsi Polres Blora kini punya posisi strategis sebagai panutan.
Mereka yang dulunya ditempa kerasnya satuan tempur, kini membawa nilai itu ke meja pelayanan, ke ruang administrasi, dan ke tengah masyarakat.

Hasilnya?
Lingkungan kerja jadi lebih rapi, pelayanan lebih cepat, dan kualitas interaksi publik meningkat.

4. Menjaga Nama Baik Institusi, Tanggung Jawab Sepanjang Karir

Ini poin yang jarang dibahas, tapi penting.

“Menjaga nama baik Korps Brimob dan Polres Blora… dengan kontribusi positif sesuai kapasitas tugasnya masing-masing.”

Di era keterbukaan publik, citra Polri sangat menentukan tingkat kepercayaan masyarakat. Eks Brimob punya tanggung jawab moral untuk menjaga marwah institusi dengan bekerja secara profesional, tidak menyimpang, dan tetap mengutamakan masyarakat.

Ini bagian dari edukasi bahwa identitas profesi itu tidak habis karena pindah jabatan.

5. Tradisi Sebagai Penguat Etika, Tak Sebatas Seremoni

Pemotongan tumpeng oleh Kapolres dan diserahkan ke Kabagren AKP Haryono bukan hanya gestur budaya. Itu adalah edukasi publik tentang makna penghormatan pada senioritas, loyalitas, dan penghargaan pada kerja panjang seseorang.

Di tengah budaya serba cepat hari ini, tradisi seperti ini mengajarkan bahwa penghormatan itu perlu dirawat.


Kenapa Ini Penting Buat Warga Blora?

Tasyakuran Brimob kemarin sebenarnya seperti mengirim pesan sederhana kepada masyarakat,

“Tenang, nilai-nilai terbaik Brimob tetap hidup di orang-orang yang melayani kalian tiap hari.”

Eks Brimob adalah jembatan antara ketegasan dan humanisme.
Mereka bukan sekadar aparat—mereka adalah sumber nilai yang membuat pelayanan publik tetap kuat, rapi, dan berpihak pada warga.