Sanggahan LSM dan Aktivis Terhadap Berita "Dukungan PLN ULP Cepu Pada Petani Diapresiasi Masyarakat Luas"

Aktivis-dan-LSM-kritisi-berita-PLN-ULP-Cepu
Ketua LSM Laskar Cepu Bangkit (paling kiri) dan Aktivis Cepu Agus Susanto LBH (nomor 2 dari kiri) berikan sanggahan terhadap berita tentang PLN

Cepu,- Foto yang terpasang pada berita persdigi sebelumnya yang berjudul "Dukungan PLN ULP Cepu pada Petani Diapresiasi Masyarakat Luas" mendapat tanggapan keras dari LSM dan aktivis Cepu. Justru mereka menganggap bahwa foto-foto yang terpasang pada berita itu tidak dapat diartikan sebagai "kerumitan dan kehandalan PLN", namun lebih menjurus pada "kecerobohan pihak PLN ULP Cepu".

Pada sebuah pertemuan terbatas di sebuah warung kopi di wilayah Cepu, Minggu (26/05/2024), Ketua LSM Laskar Cepu Bangkit Suhartono, aktivis Cepu Agus Susanto dan beberapa aktivis lain yang turut hadir, sepakat menilai foto-foto instalasi listrik arus kuat di areal pertanian Desa Gadon, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora tersebut sangat tak sedap dipandang mata. 

Alasan Aktivis dan LSM Cepu

Pasalnya, menurut mereka, kabel listrik yang dipasang oleh pihak PLN ULP Cepu tersebut sangat berantakan dan tidak tertata dengan rapi. Hal ini tidak hanya mengurangi kenyamanan visual, tetapi juga menimbulkan bahaya bagi para petani. Pengelolaan kabel listrik yang sembarangan dapat menyebabkan risiko kecelakaan kerja dan gangguan pada aktivitas pertanian sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan tindakan segera untuk memperbaiki penataan kabel listrik agar lebih rapi dan aman bagi semua pihak yang terlibat. 

Berdasar PUIL yang diterbitkan Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM

Menurut Ketua LSM Laskar Cepu Bangkit, Suhartono, "Pemasangan semrawut jelas tidak mengindahkan persyaratan umum instalasi listrik, pada buku PUIL yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan kan disebutkan kalau Perlengkapan listrik harus dipasang dengan rapi dan dengan cara yang baik dan tepat."

Aktivis Cepu Berikan Pendekatan Logis

Sementara itu, Agus Susanto yang akrab disebut Agus LBH salah satu aktivis Cepu menyoroti tentang pemasangan KWH meter dan MCB (Miniatur Circuit Breaker) yang terlalu rendah, pada ketinggian kurang lebih 1 meter di atas permukaan tanah. 

Agus LBH memberikan pendekatan sederhana, "Dari literasi yang saya baca, pemasangan stop kontak dan saklar saja tinggi pemasangannya disarankan ± 150 cm di atas lantai, apabila kurang dari 150 cm harus dilengkapi tutup, apalagi ini KWH meter yang berhubungan dengan aliran arus kuat dari pal listrik yang los strum."

Analogi yang Disampaikan Aktivis Cepu

Agus tak menampik peran PLN pada produktivitas para petani, bahkan dia mengapresiasi peranan tersebut. Tapi, "PLN harusnya menyempatkan diri memberikan sosialisasi dan pengawasan aktif pada setiap pemasangan instalasi setelah KWH Meter, biar bagaimanapun urusan listrik itu urusan PLN." 

"Bila PLN hanya bertanggung-jawab pada arus dari pal listrik sampai KWH meter, dan tidak peduli tentang instalasi setelahnya, lalu apa bedanya dengan penjual endrin di pasar hewan, mau digunakan apapun endrin tersebut terserah pada yang beli, lha wong dealer motor saja punya bengkel resmi dan layanan purna jual, mosok PLN kalah sama dealer motor," gerutu Agus LBH. 

Fakta-fakta Lapangan Akibat Kecelakaan Listrik

Pada akhirnya, ketua LSM Laskar Cepu Bangkit, Suhartono menambahkan,"Banyak lho kecelakaan listrik yang terjadi akibat penggunaan listrik di areal pertanian yang sampai makan korban jiwa, apakah PLN hanya tutup mata?"