JPKP Nasional Blora Dampingi Lansia Sebatang Kara Hingga Sembuh dan Mandiri Kembali

Pendampingan Lanjutan oleh Siswanto, Michael Devito JPKP Nasional Kabupaten Blora kepada Makrodah Kampung Baru Cepu didampingi warga Yuliana Prih

Di tengah kesibukan pembangunan dan hiruk-pikuk program sosial pemerintah, ada sekelompok relawan yang tak henti mengawal warga paling rentan di sudut-sudut Kabupaten Blora. Mereka adalah JPKP Nasional Kabupaten Blora. Di bawah komando Nenes Cepu, organisasi ini tak hanya bergerak sesaat, tapi terus mendampingi hingga warga kembali berdiri dengan kakinya sendiri. Salah satunya adalah Mak Rodah, lansia sebatang kara yang sempat hidup dalam gelap—secara harfiah dan batiniah.

Kondisi Makrodah Sebatang Kara di Usia Tidak Produktif Lagi

Makrodah, perempuan tua yang tinggal di RT 02 RW 03 Kampungbaru, Kelurahan Ngelo, Kecamatan Cepu, telah lama hidup sendiri. Tidak punya suami, tidak punya anak, tidak pula punya BPJS atau akses layanan kesehatan layak. Matanya makin kabur dari hari ke hari. Tubuhnya makin rapuh, terserang penyakit gula dan tekanan darah tinggi. Ia terjebak dalam ketidakberdayaan—sakit tapi tak tahu harus ke mana berobat.

Keadaan itu menggugah kepedulian warga sekitar. Ketua RT dan warga setempat menghubungi JPKP Nasional Kabupaten Blora. Sebuah laporan disampaikan. Dan seperti biasa, laporan itu tidak berhenti di meja rapat atau arsip, tapi langsung direspon.

Diana Cepu selaku Sekretaris JPKP, bersama Siswanto dari Divisi Kesehatan, dan Michael Devito Cepu dari Divisi Pendidikan, segera turun ke lapangan. Bersama aparat Kelurahan Ngelo, mereka membantu proses administratif Makrodah agar bisa masuk sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN. Selagi menunggu proses aktivasi KIS, Makrodah difasilitasi dengan SKTM agar bisa mendapat perawatan terlebih dahulu.

“Kami tidak ingin hanya jadi pengantar surat. Kami ingin hadir sampai warga betul-betul mendapat pelayanan dan sembuh,” ungkap Diana Cepu saat diwawancarai di sela kunjungan ke rumah Makrodah.

“Yang begini ini esensinya pendampingan,” tambah Siswanto. “Berproses dari tidak punya akses menjadi punya harapan hidup.”

Nenes, Diana, Yuliana Prih saat pendampingan Makrodah di RSUD dr Soeprapto Cepu

Penanganan dan Progres Pendampingan Makrodah Kampungbaru Cepu

Setelah beberapa bulan, KIS atas nama Makrodah akhirnya aktif. Operasi mata dilakukan. Hasilnya sungguh mengharukan. Makrodah bisa melihat kembali. Tapi urusan belum selesai, sebab diabetes dan hipertensi masih terus mengintai. Maka pendampingan tetap dilanjutkan, hingga keseimbangan kondisi fisik dan mental Makrodah mulai pulih.

Dan di balik semua keberhasilan itu, ada satu nama yang tak boleh dilupakan, yaitu Ibu Yuliana Prih. Warga yang secara sukarela mengasuh Makrodah di rumahnya, seperti merawat orang tua sendiri. Di rumah beliau, Makrodah belajar berjalan kembali, mandi sendiri, bahkan kini bisa makan dengan mandiri dan mulai mengumpulkan barang bekas untuk aktivitas sehari-hari.

Apresiasi Kemanusiaan dari JPKP Nasional Kabupaten Blora

“Kami di JPKP justru belajar dari Bu Yuliana. Tak semua orang bisa merawat orang lain seperti merawat orang tuanya sendiri. Apa yang dilakukan Bu Yuliana ini adalah pelajaran tentang kemanusiaan yang sesungguhnya,” ujar Michael Devito, sambil menambahkan bahwa pihaknya berharap ada lebih banyak warga yang memiliki semangat gotong royong seperti itu.

Pendampingan seperti ini menjadi pengingat bahwa kerja sosial bukan hanya soal seremonial dan foto dokumentasi. Tetapi tentang hadirnya orang-orang baik di sisi mereka yang tertinggal. JPKP Nasional Kabupaten Blora menunjukkan bahwa organisasi bisa jadi pelita, bukan hanya saat ramai kamera, tapi justru saat tak ada sorot apapun. Dan yang paling penting, JPKP terus bergerak dengan wajah yang selalu siap mendengar, tangan yang tak takut kotor, dan hati yang tulus untuk sesama.