Bagaimana Sih Proses Pembangunan Jalan di Kawasan Cepu Raya? Apa Peran Kita?
Kita seringkali cuma lihat hasil akhirnya. Tahu-tahu jalan depan rumah yang dulu becek, sekarang sudah mulus. Yang dulunya bikin shockbreaker motor nyerah, sekarang malah enak dipakai buat nongkrong sore sambil ngopi pinggir jalan. Tapi, pernah nggak sih kita mikir, gimana sih sebenarnya proses pembangunan jalan desa itu berjalan? Apa cuma urusan pemerintah? Atau ada ruang di mana kita—warga biasa di Kawasan Cepu Raya—bisa punya peran juga?
Artikel ini bakal ngajak kamu jalan-jalan (secara imajinatif, ya) menyusuri proses pembangunan jalan Kabupaten di Kawasan Cepu Raya. Kita bakal bahas dari awal sampai akhir. Plus, kita bakal ngobrol soal peran kita di balik proyek infrastruktur yang masuk ke dalam Program Prioritas ASRI Blora nomor satu: Dalane Sangsaya Alus lan Padang, Banyune Mili Terus.
Mimpi Tentang Jalan yang Layak
Semua dimulai dari mimpi. Mimpi tentang desa yang tidak terisolasi. Tentang anak-anak yang bisa sekolah tanpa harus jalan kaki melintasi jalan rusak. Tentang hasil panen yang bisa sampai pasar lebih cepat. Tentang ibu-ibu yang bisa ke puskesmas tanpa harus naik ojek tiga kali lipat tarif.
Mimpi ini biasanya muncul dari keresahan warga. Muncul di obrolan pos ronda, di musyawarah RT, di grup WhatsApp kampung. Dan, di situlah semuanya dimulai.
1. Musyawarah Desa, Suara Warga yang Diangkat
Pembangunan jalan desa bukan tiba-tiba turun dari langit. Semua bermula dari Musyawarah Desa (Musdes). Di forum ini, warga menyampaikan usulan dan keluhan, termasuk soal kondisi jalan. Lalu, perangkat desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mencatat prioritas.
Misalnya, di Desa Getas, Kecamatan Cepu, warga ngeluh soal jalan pertanian yang tiap musim hujan berubah jadi kolam lele dadakan. Diusulkanlah pembangunan jalan usaha tani yang bisa menghubungkan ladang ke jalan besar. Begitu juga di Sambongrejo, Kradenan, sampai Randublatung, cerita-cerita semacam ini bukan hal baru.
2. Masuk ke Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
Setelah usulan disepakati, kepala desa dan tim menyusunnya ke dalam RPJMDes, biasanya untuk jangka 6 tahun. Di sinilah pembangunan jalan masuk ke daftar prioritas.
Tapi nggak langsung dibangun begitu saja. Anggaran jadi penentu. Ada APBDes, Dana Desa, bahkan kadang ngarep bantuan dari kabupaten atau provinsi. Dan di era ASRI Blora ini, pembangunan jalan juga bisa terhubung dengan program kabupaten, terutama di wilayah strategis Kawasan Cepu Raya.
3. Koordinasi dengan Kabupaten, ASRI Blora Turun Tangan
Nah, di sinilah Pemerintah Kabupaten Blora ikut main peran. Di bawah kepemimpinan Bupati Arief Rohman dan Wabup Sri Setyorini, program ASRI menekankan perbaikan infrastruktur jalan sebagai salah satu prioritas utama.
Khusus untuk Kawasan Cepu Raya—yang meliputi Kecamatan Cepu, Sambong, Kradenan, Randublatung, dan Jati—program ini punya posisi strategis. Bukan cuma soal konektivitas, tapi juga soal industrialisasi, investasi, dan distribusi ekonomi. Bayangin, kalau jalan-jalan antardesa sampai rusak parah, gimana investor mau datang?
Pemkab melalui Dinas PUPR, bekerjasama dengan para camat dan kepala desa, akan menyusun daftar prioritas pembangunan dan rehabilitasi jalan. Ada survei teknis, pengukuran medan, hingga penghitungan kebutuhan anggaran. Itu waktu di Musrenbangkab ya.
4. Proses Tender dan Pelaksanaan
Setelah semuanya siap, baru deh proses lelang atau tender dimulai. Ini buat nyari kontraktor yang bakal ngerjain proyeknya. Proses ini diawasi ketat biar nggak ada permainan. Setelah pemenang tender ditentukan, barulah pekerjaan fisik dimulai, seperti euit site, pembersihan lahan, pengerasan, pengecoran, atau pengaspalan dan lain sebagainya.
Biasanya, warga akan lihat alat berat mulai datang. Truk pasir, semen, tukang dengan helm proyek. Waktu inilah harapan mulai terasa makin dekat. Tapi, proses ini juga rawan kendala, seperti cuaca, masalah pembebasan lahan, hingga potensi sabotase politik dari oknum-oknum yang ‘gatel’ lihat pembangunan berjalan baik.
5. Warga Jangan Cuma Nonton
Nah, di sinilah pentingnya peran kita sebagai warga. Kita bukan penonton. Kita bisa ikut ngawal. Kita bisa :
- Melapor kalau ada pekerjaan asal-asalan.
Jangan diam kalau lihat jalan yang baru dibangun tapi udah retak-retak. Laporkan ke perangkat desa atau langsung ke SP4N-Lapor. - Gotong royong jaga lingkungan sekitar proyek.
Bantu bersihin sampah, bantu komunikasi dengan warga yang terdampak, jaga supaya alat berat bisa lewat dengan lancar. - Jangan jadi penghambat.
Kadang ada warga yang nahan-nahan pembangunan karena alasan sepele, padahal dampaknya buat semua orang. - Dukung dengan narasi positif.
Kalau jalan udah jadi, jangan lupa posting di media sosial, tag pemdes dan pemkab, bikin narasi positif supaya daerah kita dikenal progresif.
6. Setelah Jadi, Jangan Dibiarkan
Pembangunan jalan bukan akhir cerita. Justru awal dari tanggung jawab baru, yaitu : pemeliharaan.
Kalau jalan rusak, siapa yang rawat? Kalau ada truk besar nabrak bahu jalan, siapa yang ingatkan? Kalau saluran air mampet dan jalan jadi tergenang, siapa yang bersihin?
Di sinilah komunitas lokal, RT, RW, Karang Taruna, hingga kelompok tani bisa punya peran penting. Rawat bareng, awasi bareng. Jalan yang baik, awetnya bukan karena cor-corannya kuat, tapi karena warganya peduli.
7. Refleksi, Jalan Itu Simbol Peradaban
Gak berlebihan kalau kita bilang jalan antar desa ataupun jalan kabupaten adalah simbol peradaban. Ia bukan cuma urusan aspal atau beton bertulang. Tapi juga urusan keadilan, ekonomi, pendidikan, hingga harga diri.
Kalau jalan bagus, anak desa bisa sekolah lebih lancar, hasil tani lebih cepat ke pasar, warga lebih gampang akses layanan kesehatan. Dan yang lebih penting lagi: desa merasa diakui. Nggak lagi jadi “Anak Kuwalon - Terpinggirkan”.
Kawasan Cepu Raya Sedang Bergerak
Kawasan Cepu Raya bukan lagi kawasan tidur. Dengan adanya rencana proyek Migas Giyanti, pembangunan Kawasan Industri yang konon sampai datengin KADIN Batam, dan geliat ekonomi desa, pembangunan infrastruktur jadi kebutuhan mutlak bagi Kabupaten Blora.
Program ASRI dari Bupati Arief Rohman dan Wabup Sri Setyorini hadir menjawab kebutuhan itu. Tapi kesuksesan pembangunan jalan kabupaten bukan semata-mata beban kerja pemerintah. Terlebih merupakan kolaborasi. Antara negara dan rakyat. Antara impian dan aksi nyata.
Jadi, kalau kamu ngelewatin jalan kabupaten yang baru diaspal, jangan cuma bilang, “Akhirnya jadi juga.” Tapi tanyakan ke diri sendiri, “Aku udah berperan apa? Gimana supaya jalan ini beneran awet dan bermanfaat buat semua?”