Blora Dilirik Investor, Target Rp 1 Triliun Investasi, Serius Nih?
Kabupaten Blora lagi-lagi mencuri perhatian. Di tengah persaingan investasi antarwilayah di Jawa Tengah, Blora justru tampil jadi juara. Gak main-main, nilai investasi Blora di tahun 2024 tercatat tembus Rp 798,38 miliar, jauh melebihi target awal sebesar Rp 620 miliar. Tahun sebelumnya juga sama: targetnya cuma Rp 80 miliar, tapi realisasinya melonjak ke Rp 205,63 miliar. Gila, naiknya nggak kaleng-kaleng!
Capaian ini bikin Blora diganjar penghargaan bergengsi di ajang Central Java Investment Business Forum (CJIBF) 2025. Ketua Kadin Blora, Siswanto, nyebut ini semua bukan kebetulan. Dari SDM, regulasi yang makin longgar, sampai potensi SDA yang makin dilirik—semua jadi daya tarik buat investor.
Sektor yang jadi bintang? Tentu aja Migas, tapi juga pertanian dan kehutanan yang siap digarap jadi industri hulu-hilir. Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, juga kasih lampu hijau soal potensi Waduk Greneng sebagai daya tarik baru di Blora. Sementara itu, Bupati Arief Rohman makin gencar buka ruang investasi, khususnya yang berbasis energi dan ketahanan pangan.
Kepala DPMPTSP Blora, Bondan Arsiyanti (Danik), nyebut tren ini sebagai hasil kerja kolektif lintas sektor yang serius pengen Blora naik kelas. Dan target ke depan makin bikin deg-degan: Rp 1 triliun di tahun 2025.
1. Lalu, Apa Makna Semua Ini?
Oke, secara angka emang bikin mata melek:
- 2023 ditarget cuma Rp 80 M, eh tembus Rp 205,63 M
- 2024 naik gila-gilaan: target Rp 620 M, realisasi Rp 798,38 M
Nah, pertanyaannya: kok baru sekarang Blora dilirik investor? Padahal SDA Migas, pertanian, sama hutan udah dari dulu di situ. Apa kabar puluhan tahun Blora jadi “kota lewat” doang?
Kayaknya ini bukan soal SDA semata, tapi soal niat pemda buat buka karpet merah ke investor, plus ngurangin birokrasi ribet yang biasanya bikin investor kabur sebelum tanam modal.
2. Peran Kunci, Leadership & Narasi Baru
Masuk akal sih kalau nama Bupati Arief Rohman terus disebut-sebut. Gaya kepemimpinannya tuh kelihatan berorientasi pada hasil, bukan cuma seremonial. Apalagi dia ngegas sektor Migas secara terang-terangan. No basa-basi.
“Kita punya minyak dan gas, jadi industri yang butuh gas silakan datang,” katanya.
Ini bukan kalimat basa-basi politis, ini open invitation buat industri energi.
Dan ini bukan sekadar jargon. Faktanya? Ada pabrik kalsium masuk, hotel bintang 4, dan bahkan UNY buka cabang di Blora. Ini bukan mimpi. Ini berarti Blora mulai dipercaya sebagai lokasi strategis, bukan cuma lokasi murah.
3. SDA Kita, Kita Ngapain Aja Selama Ini?
Blora tuh kaya banget—nggak cuma Migas, tapi juga pangan dan hasil hutan. Tapi, jujur aja, selama ini pengelolaannya itu… yah, gitu-gitu aja. Kayak desa yang kaya raya tapi gak pernah jadi kota karena gak ada manajemen.
Dulu SDA dibiarkan jalan sendiri. Petani kerja keras, tapi gak terhubung sama industri. Sekarang, lewat pola pikir investasi, SDA kayak padi, jagung, tebu, bahkan tembakau, mulai dikaitkan dengan rantai pasok industri.
Jadi, petani bisa jadi produsen utama bahan baku industri. Ini mindset baru yang revolusioner buat daerah pinggiran.
4. Infrastruktur & Proyek Strategis Mulai “Menjual”
Gak bisa dipungkiri, keberadaan proyek kayak Waduk Greneng mulai jadi alat jualan yang ampuh. Ini bukan cuma soal irigasi, tapi bisa jadi spot wisata, sumber air industri, bahkan sumber PLTMH (pembangkit listrik mini hidro).
Investor tuh gak cuma nyari tempat murah, tapi juga lokasi yang punya potensi berkembang. Waduk, jalan bagus, bandara deket (walau masih Jauh-JauhClub), semua itu masuk hitungan.
5. Peran Kadin dan DPMPTSP, Bukan Pajangan Lagi
Biasanya Kadin di daerah tuh kayak figuran di sinetron. Ada tapi nggak bikin plot twist. Tapi di Blora, Siswanto sebagai Ketua Kadin beneran ngomong substansi, dan ngasih dukungan real ke pemda. Ini jarang.
Terus si Bondan Arsiyanti, Kepala DPMPTSP (yang biasa cuma dikenal pas urus OSS), sekarang jadi tokoh penting dalam keberhasilan investasi. Dia nyebut LKPM (Laporan Kegiatan Penanaman Modal) meningkat drastis, yang artinya :
- Investor bukan cuma janji-janji surga
- Ada realisasi modal, dan
- Ada kegiatan ekonomi jalan
- Jadi bukan cuma spanduk doang: “Selamat datang investor!”
6. Tapi... Awas Euforia, Jangan Terlena!
Oke, ini semua kelihatan manis. Tapi gue skeptis dikit ya. Ada beberapa PR besar yang harus diwaspadai, yaitu :
- Over-ekspetasi, Target Rp 1 T untuk 2025 itu ambisius. Bisa jadi bumerang kalau gak didukung strategi jelas.
- Konflik lahan & sosial, Sektor Migas dan hutan itu gampang banget nyulut konflik. Udah banyak contoh.
- Ketimpangan pusat-daerah, Jangan sampai investasi masuk, tapi warga lokal cuma jadi penonton atau buruh kasar
- Isu lingkungan, Gak usah jauh-jauh, Sumur Minyak Tua bisa jadi blessing or curse. Tinggal cara kelolanya gimana.
7. Kesimpulan, Blora Udah on the Track, Tapi Harus Konsisten
Blora sekarang kayak anak desa yang lagi kuliah di kota besar—udah punya potensi, mulai dilirik, tinggal dijaga biar gak salah gaul. Semua sinyal positif udah keliatan:
- Ada leadership yang kerja nyata
- Ada Kadin yang aktif bukan pas Muscab doang
- Ada data capaian investasi yang valid
- Ada SDA yang siap digarap
Tinggal konsistensi, keberlanjutan, dan pengawasan publik.
Closing Statement
"Blora bisa jadi cerita sukses pembangunan berbasis lokal, asal gak kepeleset di euforia dan tetep inget kalau rakyat harus jadi centralnya, gak ming pelengkap CV investor."